Aku cuba mententeramkan jiwa ku yang meronta kerana apa yang aku alami semalaman...satu kejadian, satu suasana, satu perangai yang seharus dan sewajarnya aku jadikan pengajaran untuk diriku yang maha kerdil ini....
Suasananya enteng...teman ku yg "lemah" ber-rekreasi, serba kurang dlm nuansa bersukan turun serta dalam arena bersenggang mingguan sesama teman-teman diperantauan...bagi aku, yang menjunjung budaya muhibbah, sukan untuk perpaduan, sukan untuk kesihatan, sukan untuk semua...makanya aku teramat gembira dengan kehadiran siapa sahaja...yang benar-benar hebat kita kagumi dan pelajari kehebatannya untuk mengangkat keupayaan kita... nah yang kurang hebat seharusnya kita dokong dan bantu, tuntuni bersama agar ada peningkatan...ialah ini yang sebetulnya...bahkan lagi kitakan bersenggang mingguan atas semangat kesukanan yang tinggi....dan suka-suka...
Tapi aku terkilan, tatkala melihat teman ku yg "lemah" ber-rekreasi ini diperlekehkan...kisahanya dengan kudrat Illahi, kami udah mau mula bermain di gelanggang, tetiba tidak cukup pula korumnya...tuntas cuma ada teman ku yang seorang lagi, "HEBAT" permainannya...(tetapi berdasarkan kata dirinya sendiri...hahahhaha) ku panggil-panggil2, ku seru-seru2, dibuatnya tuli untuk seketika (2-3kali), sehingga tinggi nada ku barulah bisa menjengah ke gelanggang, itupun setelah aku menukar posisi ku untuk bersama temanku yang "lemah" ber-rekreasi tadi...Bukan menuduh... tetapi aku mengerti, dari lenggok bahasa badan...semuanya barangkali kerana kekurangan pada temanku yang "lemah" ber-rekreasi itu, terus barangkali katanya tidak ada saingan, tidak tangkas, aduh permainan hina dan pertunjukan saja...ialah teman yang aku seru tadikan "HEBAT"....bisa aja memandang rendah pada yang lain?hmmmmmm
Cuma seikhlasnya, aku kira perilaku ini agak sukar untuk aku terima...ini bukan kali pertama benarnya, cuma kali ini aku terpanggil untuk mencoretkan nukilan mindaku..ialah untuk pengajaran diriku sama teman-teman yang membaca coretan ku ini...bagi seorang cendia, melewati rumah Illahi seacap mungkin...ialah udah "HEBAT" segala, tetapi kenapa mesti kita pamerkan tingkah sedemikian...tidakkah kita letakkan diri pada kedudukan temanku yang "lemah" ber-rekreasi itu...apa perasaannya, apa fikirnya....apa kita yang kununnya cendia ini tidak bisa empati sama teman kita sendiri?
Apakah tidak kita tidak pelajari kisahnya Nabi Musa tatkala katanya mengerti segala, nah Allah temukan sama Nabi Khaidir...yang dikurniakan Illahi ilmu firasat yang tidak ada pada Nabi Musa...untuk apa? untuk mengkhabarkan perlunya kita menghormati insan lain...ia benar kalau pun temanku yang "HEBAT" tadi benar-benar HEBAT, baguslah..bisa aku pelajari daripadanya...tapi apa perlunya bersikap demikian, bersikap sinis, bersikap memilih bulu segala....aku jadikan ini pengajaran bagiku...InsyaAllah, jauhi sikap diskriminasi, kerana aku tahu kita semuanya tidak sempurna...serba kekurangan...
Cumanya aku bertanya diriku sendiri, peristiwa yang bergulir diminda ini bisa digambarkan sebagai apa? Hmmmmm....barangkali: Antara "Aku Hebat" atau "Aku Perasan Hebat" atau "Aku Biadap"
Suasananya enteng...teman ku yg "lemah" ber-rekreasi, serba kurang dlm nuansa bersukan turun serta dalam arena bersenggang mingguan sesama teman-teman diperantauan...bagi aku, yang menjunjung budaya muhibbah, sukan untuk perpaduan, sukan untuk kesihatan, sukan untuk semua...makanya aku teramat gembira dengan kehadiran siapa sahaja...yang benar-benar hebat kita kagumi dan pelajari kehebatannya untuk mengangkat keupayaan kita... nah yang kurang hebat seharusnya kita dokong dan bantu, tuntuni bersama agar ada peningkatan...ialah ini yang sebetulnya...bahkan lagi kitakan bersenggang mingguan atas semangat kesukanan yang tinggi....dan suka-suka...
Tapi aku terkilan, tatkala melihat teman ku yg "lemah" ber-rekreasi ini diperlekehkan...kisahanya dengan kudrat Illahi, kami udah mau mula bermain di gelanggang, tetiba tidak cukup pula korumnya...tuntas cuma ada teman ku yang seorang lagi, "HEBAT" permainannya...(tetapi berdasarkan kata dirinya sendiri...hahahhaha) ku panggil-panggil2, ku seru-seru2, dibuatnya tuli untuk seketika (2-3kali), sehingga tinggi nada ku barulah bisa menjengah ke gelanggang, itupun setelah aku menukar posisi ku untuk bersama temanku yang "lemah" ber-rekreasi tadi...Bukan menuduh... tetapi aku mengerti, dari lenggok bahasa badan...semuanya barangkali kerana kekurangan pada temanku yang "lemah" ber-rekreasi itu, terus barangkali katanya tidak ada saingan, tidak tangkas, aduh permainan hina dan pertunjukan saja...ialah teman yang aku seru tadikan "HEBAT"....bisa aja memandang rendah pada yang lain?hmmmmmm
Cuma seikhlasnya, aku kira perilaku ini agak sukar untuk aku terima...ini bukan kali pertama benarnya, cuma kali ini aku terpanggil untuk mencoretkan nukilan mindaku..ialah untuk pengajaran diriku sama teman-teman yang membaca coretan ku ini...bagi seorang cendia, melewati rumah Illahi seacap mungkin...ialah udah "HEBAT" segala, tetapi kenapa mesti kita pamerkan tingkah sedemikian...tidakkah kita letakkan diri pada kedudukan temanku yang "lemah" ber-rekreasi itu...apa perasaannya, apa fikirnya....apa kita yang kununnya cendia ini tidak bisa empati sama teman kita sendiri?
Apakah tidak kita tidak pelajari kisahnya Nabi Musa tatkala katanya mengerti segala, nah Allah temukan sama Nabi Khaidir...yang dikurniakan Illahi ilmu firasat yang tidak ada pada Nabi Musa...untuk apa? untuk mengkhabarkan perlunya kita menghormati insan lain...ia benar kalau pun temanku yang "HEBAT" tadi benar-benar HEBAT, baguslah..bisa aku pelajari daripadanya...tapi apa perlunya bersikap demikian, bersikap sinis, bersikap memilih bulu segala....aku jadikan ini pengajaran bagiku...InsyaAllah, jauhi sikap diskriminasi, kerana aku tahu kita semuanya tidak sempurna...serba kekurangan...
Cumanya aku bertanya diriku sendiri, peristiwa yang bergulir diminda ini bisa digambarkan sebagai apa? Hmmmmm....barangkali: Antara "Aku Hebat" atau "Aku Perasan Hebat" atau "Aku Biadap"
No comments:
Post a Comment